Permanas

dan jika kebebasan adalah kata-kata yang tak terantai, maka ia tak perlu dipasung

Posts Tagged ‘sadar’

Memberi Lebih Maka Kau akan Menerima Lebih

Posted by permanas pada 11 Desember 2008

Sawaludin Permana – Relawan Yappika

Sejak pertama kali saya menggabungkan diri dengan Yappika sebagai relawan, saya mulai mengerti bagaimana melihat sesuatu dengan cara pandang yang –katakanlah- sedikit berbeda. Melihat bagaimana kondisi sosial sebegitu stagnannya, bahkan di lingkungan saya sendiri, dan memerlukan sebuah sentuhan di mana perubahan memang betul-betul dibutuhkan, malah diharuskan saya rasa. Ada banyak orang tidak mengerti mereka harus mulai dari mana melakukan perubahan-perubahan itu, dan yang lebih parah lagi, mereka tidak tahu apa yang harus mereka rubah. Karena mereka sudah terlalu sangat terbiasa dengan ‘zona nyaman’ yang mereka ciptakan, padahal sejatinya kondisi itu sangat jauh dari rasa nyaman. Saya jadi berpikir berpuluh kali lipat, bagaimana seseorang bisa sangat nyaman dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk merasa nyaman.

Ketika seseorang mulai mengungkapkan keluhan-keluhannya, pada saat itulah ada sesuatu yang salah tengah terjadi. Dalam keadaan seperti ini, banyak sekali keluhan-keluhan terlontar dari sekian banyak orang, di mana-mana orang saling berebut menyuarakan keluhan mereka –mudah-mudahan saya tidak termasuk yang banyak itu, amin-. Dan bukannya marah, saya menjadi trenyuh, sakit, bingung, dan mulai berpikir –saya tidak tahu apakah saya trenyuh mendengar keluhan-keluhan mereka atau tersentuh karena mereka tidak tahu bagaimana cara menghilangkan keluhan-keluhan yang mereka ungkapkan- syukurnya kebingungan saya itu tidak berlangsung lama dan berlarut-larut. Saya mulai mempelajari bagaimana sebuah keluhan itu muncul, ekses apa saja yang mungkin terjadi ketika keluhan-keluhan itu mencuat ke permukaan, dan mencari cara bagaimana menguranginya kalau tidak bisa menghilangkannya.

A ha! Ternyata formulanya cuma satu, berubah! Perubahan memungkinkan kondisi stagnan tadi bisa bergerak kalau tidak ingin dikatakan berjalan. Berbagai cara saya terapkan bagaimana agar seseorang bisa berubah, termasuk saya, hahaha… dan selalu saja ada orang yang belum siap menerima perubahan itu sendiri. Saya harus melakukan semua cara agar apa yang saya lakukan untuk perubahan itu dimungkinkan, meski terkadang, cara saya salah dan bisa membuat orang lain tidak nyaman dengan perubahan yang saya buat. Apa mau dikata, perubahan harus tetap terjadi. Jika mereka tidak ingin, biar saya saja yang melakukan perubahan itu sendirian.

Jadi ketika sebuah ungkapan yang sangat menyakitkan bisa membuat seseorang mengerti harga dirinya sendiri maka satu hal kemungkinan terjadi dalam ruang kesadaran seseorang bahwa sesuatu tengah berubah di sekitar dirinya dan akan mengubah dirinya menuju perbaikan-perbaikan dan menuntut dirinya untuk selalu memperbaiki sikap dan kelakuannya agar bisa diterima kembali, dalam artian, sikap itu tentunya memiliki norma-norma tertentu di mana diri seseorang itu berada. Namun, jika sebuah perubahan tidak bisa diterima begitu saja, ada kemungkinan cara yang diterapkan untuk melakukan perubahan dalam lingkungan sosial, kerja, maupun pribadi, tidak berjalan dengan semestinya, atau ada beberapa kemungkinan kesalahan terjadi dalam penerapan tersebut sehingga apa yang dilakukan dalam melakukan perubahan tidak bisa diterima begitu saja.

Penolakan (baik secara halus maupun terang-terangan) mengindikasikan ada sesuatu yang belum siap berubah atau perubahan itu membuat kepentingan pribadi seseorang merasa terusik, zona kenyamanan yang selama ini terpelihara tiba-tiba terusik dan mengakibatkan posisi ‘kenyamanan’ seseorang benar-benar tidak dapat ditolelir lagi karena kepentingan pribadi telah bermain. Adakalanya ketersendatan sebuah kemajuan dikarenakan zona kenyamanan seseorang terus menerus dipelihara tanpa ada suatu tindakan bahwa ‘zona kenyamanan’ itu memang bisa dipertanggungjawabkan dalam waktu sementara, tapi untuk jangka panjang, hal itu bisa berakibat buruk bagi keadaan dan lingkungan yang membiarkan sebuah zona nyaman tersebut tumbuh.

*** ***

Tahu falsafah Hindu yang berbunyi ’Tat Twam Asi’? Yang artinya kurang lebih, aku adalah engkau dan engkau adalah aku (aku ya engkau –engkau ya aku-). Saya mengadopsinya dalam kehidupan yang saya jalani. Jadi, kalau saya melihat orang lain sedih, susah, maka alarm empati saya langsung menyala, ikut sedih, ikut susah dengan apa yang dialami oleh mereka. Kalau saya tidak bisa membantu dengan uang, semoga saja saya dapat membantunya dengan kemampuan tenaga yang saya punya, jika saya tidak bisa melakukan keduanya, semoga doa saya bisa mengurangi beban mereka. Kalau mereka senang, tertawa lepas, maka hati saya juga ikut tertawa bersama mereka, semoga kebahagiaan mereka tetap bersama dalam kehidupan mereka sampai kapan pun.

Karena itu, salah satu prinsip hidup yang saya terapkan belakangan ini, kalau kau memberi lebih maka kau pun akan menerima lebih. Ukurannya, hahahaha…. saya tidak pernah mengukur apa yang sudah saya perbuat untuk melakukan suatu perubahan bagi diri sendiri, terlebih bagi banyak orang lain. Selama saya mampu memberi lebih dari apa yang saya miliki, saya tidak perlu memikirkan apa yang akan saya terima. Buktinya, saya tetap hidup sampai sekarang dan terus bereksperimen untuk membuat perubahan-perubahan itu menjadi mungkin. Ya, memang lingkupnya belum besar, setidaknya saya kan mencoba dari diri sendiri dulu, hahahahaha….. Bagaimana dengan Anda?

Saya selalu terinspirasi dengan sebuah ungkapan yang mengatakan jangan takut untuk berimajinasi, bermimpilah, karena semua hal besar berawal dari mimpi (apa mungkin begitu?) Jadi, bermimpilah, dan lakukan apa yang perlu dilakukan. Saya tidak takut bermimpi, dan, saya tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah saya pilih untuk saya lakukan. Setidaknya saya tidak berhenti pada satu titik kehidupan di mana perubahan tidak perlu dilakukan. Salam.

Posted in OPINI | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a Comment »